May 26, 2011

Masyarakat Pajinggahan Mengadakan Tahlil Setiap Malam.

Disebabkan Kematian Yang terlalu kerap menimpah Masyarakat Pajinggahan, samaada di Bawean atau di Malaysia mereka yang masih hidup tak putus putus mengadakan majlis tahlil setiap malam, demi menghormati mereka yang telah pulang keRahmatullah.

May 10, 2011

PERHIMPUNAN AGUNG WARGA PAJINGGAHAN

Warga Pajinggahan baru saja selesai mengadakan perhimpunana agung, yang bertempat di rumah En Fauzi Tanjheng Klang Meru pada 8 mei 2011..baru baru ini.
Dalam perancangan untuk mengadakan majlis walimatulurus sempena Perkahwinan Putera sulong En. Alwi di Bukit Kuda Klang pada 5 jun 2011 nanti.
Semua warga Pajinggahan di jemput hadir..

May 7, 2011

KISAH PULAU BAWEAN


Cerita Orang Pajinggahan Tentang Batu Kerbau


Ditulis oleh: Zaini bin Sairi  Pejinggahan.

Mari kita sama sama ikuti cerita ini...

.Pada suatu ketika dahulu semua orang Bawean pasti teringin untuk berkunjung ke batu kerbau (batu sarapong) yang terletak di laut Kampung Pajinggahan. Apa tidaknya, karena batu tersebut banyak cerita misterinya.

Pada tahun 70-han ada seorang yang cuba untuk mendirikan (pecat) di batu tersebut, setelah pecat itu didirikan Kampung Pejinggahan ketika itu kurang aman, suasana seram dan menakutkan..

Karena penduduk di kampung tersebut banyak yang diserang penyakit malaria penyakit yang boleh dikata sukar diobati, saya sendiri tidak terkecuali diserang penyakit itu. Dan kebanyakan orang yang diserang penyakit tersebut hingga membawa mati Sampai dua hingga tiga dalam waktu sehari ada orang meninggal dunia di Kampung Pajinggahan disebabkan penyakit malaria.

Semua orang kampung jadi bingung, karena penyakit malaria yang amat teruk hanya terjadi di Kampung Pajinggahan. Bapak dukun, ahli Nujum, dan pak Kiai masing-masing bingung, mencari jawapan!! …… akhirnya maka datanglah mimpi kepada seseorang namanya tidak perlu disebutkan, yang mana mimpi tersebut, menyuruh untuk merobohkan pecat yang didirikan di batu kerbau itu. Selesai saja pecat itu dirobohkan maka penyakit malaria tiba-tiba hilang dari Kampung Pajinggahan. Dan kebanyakan orang yang sakit dikena malaria beransur pulih.





Kenapa orang sebut batu kerbau itu batu sarapong???
Ceritanya begini!!!
Waktu dulu batu kerbau itu ada kejadian ajaib, yang mana saya sendiri pernah melihat kejadian itu. diwaktu itu saya pergi kelaut memancing ikan, saya memang gemar memancing ikan apabila saya lihat sebahagian batu itu ada yang bergerak gerak...Kalau musim angin timur dengan jelas telihat, ada sebuah batu yang terapong disebelah barat, dan kalau musim barat pula batu tersebut terapong disebela timur. Atas sebab itulah kemungkinan batu itu disebut batu sarapong, kerana perkataan tersebut hampir sama bunyinya dengan perkataan terapong. Namun kini batu tersebut telah hilang berpinda kesatu tempat, sampai sekarang tidak ada seorangpun yang menemukan tempatnya.
Petikan artikel...
Bawean di peta Indonesia cuma setetes noktah di Laut Jawa. Banyak penduduk dari pulau berjarak 150 kilometer di utara Gresik, Jawa Timur, ini merantau ke Malaysia, Singapura, dan Pulau Christmas, Australia. Menjelang Lebaran sampa
i sepanjang Syawal, kiriman ringgit dan dolar deras mengguyur pulau ini yang bila dikurskan bisa mencapai angka miliaran rupiah.
Transaksi sehari-hari di sana bisa menggunakan dolar. Membeli nasi goreng di warung bisa menggunakan dolar, membayar ongkos becak pun bisa dengan dolar. Ikuti laporan wartawan majalah Tempo dari Bawean, pulau yang warganya berseloroh, jalan-jalan lebih baik dinamakan Jalan Mr. Mahathir, Jalan Lee Kuan Yew….
Setiap detik, noktah hitam di tengah laut itu bertambah besar. Menjelang senja, tatkala langit Bawean masih merah tembaga, jelaslah bahwa noktah itu sebuah kapal motor penumpang. Kapal motor Harapan Sumekar berangkat dari pelabuhan Gresik, Jawa Timur. Kapal jenis buka-tutup dek (roro, roll on roll off) itu segera merangsek ke dermaga.
Laut masih memisahkannya. Namun mereka yang di atas kapal dan penjemput di daratan sudah saling melambaikan tangan. Tak berselang lama, kapal menyentuh bibir dermaga pas jadwal. Tiga jam setengah kapal menuntaskan pelayarannya menembus Laut Jawa.
Hari itu, sepuluh hari menjelang Lebaran, sekitar 150 penumpang turun dari kapal. Suasana di pelabuhan kontan riuh-rendah: pelukan hangat sanak kerabat, juga ratusan barang yang mereka bongkar. Aneka kardus dan karung berisi gula, telur, garam, beras, dan kebutuhan pokok lainnya mereka angkut ke pelabuhan. Derek pun ikut membantu, mencangking satu per satu puluhan sepeda motor kinclong belum berpelat nomor.
Terakhir, awak kapal menurunkan dua Daihatsu Xenia hitam gres keluaran dealer di Surabaya. ”Ini oleh-oleh yang kamu minta,” kata Mudhofir, 40 tahun, kepada tiga saudaranya.
Pria berperawakan tinggi besar dan berkulit legam ini pemegang kartu identitas penduduk Singapura. Tapi ia juga masih ber-KTP Bawean. Ia adalah kapten sebuah kapal penangkap ikan yang beroperasi dari Singapura. Anak dan istrinya ia boyong ke Negeri Singa ini. Telah 15 tahun ia menetap di sana. Dia adalah potret perantau Bawean yang sukses di negeri orang dan kini mudik ke kampung halaman.
Bawean berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti masih ada sinar. Pulau dengan luas sekitar 200 meter persegi dan berdiameter 12 kilometer ini dilingkari jalan sepanjang 70 kilometer. Mirip sebentuk titik terombang-ambing gelombang Laut Jawa dalam peta Indonesia. Ia berjarak sekitar 150 kilometer di utara Pulau Jawa dari titik Surabaya atau Gresik. Secara administratif, pulau berpenduduk sekitar 70 ribu jiwa ini masuk wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Di sana, ada dua kecamatan, Sangkapura dan Tambak. Bahasa sehari-hari mereka Bawean, mirip bahasa Madura. Inilah penduduk yang 90 persen lelakinya merantau ke luar negeri dan luar pulau. Itulah sebabnya banyak orang berseloroh, Bawean adalah pulau putri, karena yang tinggal di sana kebanyakan perempuan.
Malaysia dan Singapura adalah tujuan utama perantau Bawean. Di dua negara jiran ini, orang Bawean disebut Boyan dan telah menjadi komunitas sendiri. Ada juga yang ke Australia. Sebagian lagi berdiam di kota-kota besar di Jawa seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta.
Tak ada catatan pasti berapa jumlah imigran Bawean di luar negeri. Tokoh masyarakat Bawean yang juga Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama, Syariful Mizan, mengungkapkan bahwa saat ini setidaknya terdapat 120 ribu lebih orang Bawean yang berada di Malaysia, 80 ribu di Singapura, dan sekitar seribu orang tersebar di beberapa negara lain. ”Lebih banyak orang Bawean di luar negeri ketimbang di Indonesia,” katanya.
Mereka mewarisi jiwa perantau tradisional yang terbangun turun-temurun, entah sejak kapan. Mereka inilah yang menurut kacamata administrasi modern, pendatang ilegal di negeri orang. ”Kami tidak tahu berapa jumlah warga yang merantau. Mereka melalui perantara, orang-orang Bawean yang sudah menetap di sana,” kata Camat Sangkapura, M. Suhaimi.
Coba masuk ke rumah tangga Bawean. Bisa dipastikan, paling tidak satu dari anggota keluarga mereka pernah tinggal di luar negeri sebagai TKI. Mereka kebanyakan bekerja di sektor properti untuk tenaga kasar atau kuli. Sebagian lagi berdagang. Adapun sejumlah orang lainnya menjual jasa sebagai cukong atau pengawal TKI—mereka ini bisa sepekan dua kali menjejakkan kaki di Malaysia atau Singapura. Mereka bagian dari mata rantai yang memutar ringgit dan dolar masuk Bawean.
l l l
Turun dari kapal, Mudhofir langsung mengendarai mobil terbarunya. Ia meluncur ke rumah orang tuanya di Desa Daun, Sangkapura. Dalam perjalanan, ia mendengar belanggur atau mercon raksasa berdentum menggelegar. Suara itu berasal dari depan Masjid Jamik Sangkapura. Saban petang selama Ramadan, belanggur adalah rujukan terpercaya saat untuk berbuka puasa warga Bawean.
Mudhofir bersama empat kerabat yang menyertainya berhenti di depan warung nasi goreng Jawa untuk membatalkan puasa. Sebelum makan, Mudhofir ingat, di kantongnya tidak ada uang rupiah. Yang ada dolar Singapura. Rupiahnya habis untuk ongkos kapal dan sejumlah keperluan di Surabaya sebelum berlayar ke Bawean. ”Apa bisa pakai dolar Singapura?” tanya dia ke penjual nasi goreng dalam bahasa Bawean.
Si penjual nasi goreng, Makrus, 36 tahun, tidak menjawab. Ia tetap merunduk karena tangan dan perhatiannya sibuk menggoreng nasi pembeli lain. Tapi pria asal Mojokerto ini mendengar pesanan mereka. Empat nasi goreng dan empat es degan pun segera tersaji. Mereka makan lahap dan tubuhnya pun mulai segar kembali setelah sehari berpuasa. Seusai makan, Mudhofir bertanya ongkos makan. ”Nasi goreng dua puluh empat ribu rupiah atau empat dolar. Minumnya satu setengah dolar dan gorengannya setengah dolar. Jadi semua enam dolar,” katanya.
Mudhofir lantas mengambil tiga lembar pecahan dua dolar Singapura dari dompet tebalnya. Bagi Makrus dan istrinya, Muslihah, 30 tahun, yang asal Madura, bertransaksi menggunakan dolar Singapura, dolar Amerika, dan ringgit Malaysia bukan hal asing. Ia mendapat pengetahuan kurs uang dari omongan tetangga kiri-kanan. Saking biasanya dolar Singapura dan ringgit Malaysia menjadi alat tukar di Bawean, ia pun hafal luar kepala berapa konversi ke rupiahnya. Dolar Singapura yang kini kursnya berkisar Rp 5.800 ia bulatkan menjadi Rp 6.000 agar tak merepotkan hitungan.
Jual-beli menggunakan mata uang asing lazim di Bawean. Para perantau, yang umumnya pulang dari Malaysia dan Singapura, biasa membawa mata uang asing ke pulau ini. Kios rokok pun menerima transaksi menggunakan ringgit dan dolar. Bahkan penarik becak siap pula menerima mata uang asing tadi.
Hampir semua toko di Bawean merangkap jasa penukaran uang. Tidak ada agen resmi penukaran uang asing di Bawean, kecuali Bank Jatim, satu-satunya bank yang ada di pulau itu. Bank Jatim Cabang Bawean mencatat uang kiriman TKI ini per bulannya Rp 5 miliar. Menurut bagian layanan nasabah Bank Jatim Cabang Bawean, Suyoto, sejak bank ini berdiri di pulau ini pada 2001, kiriman paling sedikit per bulan bernilai Rp 3,5 miliar. Menjelang hari raya Idul Fitri, angka itu mencapai Rp 8 miliar.
Tapi Syaiful, saudagar Bawean, yakin bahwa uang masuk ke Bawean dari luar negeri lebih besar daripada yang ditaksir bank. Banyak pemasukan ke Bawean mengalir tidak melalui bank, tapi melalui kurir atau pengawal. Ia menaksir uang yang dititipkan kurir per bulan ke Bawean bisa mencapai sekitar Rp 5 miliar. Perhitungan ini didasarkan pada jumlah pengawal (cukong) di Bawean yang minimal mencapai 250 orang. Jika seorang pengawal dipukul rata membawa uang masuk ke Bawean sebulan Rp 20 juta, ini berarti uang yang mereka bawa masuk Rp 5 miliar. ”Padahal ada sejumlah pengawal yang bisa membawa uang masuk Bawean hingga ratusan juta per bulan,” tuturnya.
Jumlah uang dari luar negeri ini jauh lebih besar ketimbang anggaran pemerintah Indonesia untuk Bawean yang hanya Rp 1,5 miliar per bulan. Karena itu, jangan heran jika pembangunan jalan antardesa di Bawean dibiayai dengan dana hasil urunan TKI. Jalan belasan kilometer dari Desa Gunung Teguh, desa di wilayah dalam Bawean, menuju ibu kota, yang menghabiskan ratusan juta rupiah, juga dari uang TKI.
Orang di sana pun berujar, itulah ”Jalan Mahathir” dan ”Jalan Lee Kuan Yew”, nama perdana menteri Malaysia dan Singapura ketika jalan itu diaspal dan diblok semen. ”Tidak ada Jalan Soeharto, Gus Dur, Megawati, atau SBY di Bawean,” ujar Ridwan, warga Lebak Bawean. Desa, melalui rapat tokoh dan pemuka desa, mengutip sejumlah uang dari TKI untuk membangun madrasah, balai desa, sekolahan, pesantren, dan masjid atau musala. Di pedesaan wilayah tengah Pulau Bawean ini, berdiri megah masjid senilai Rp 1 miliar. Itu semua dibangun dari uang hasil keringat TKI di Malaysia dan Singapura.
l l l
Sebagian orang Bawean suka menabung dalam bentuk koin emas. Ada tiga jenis koin emas yang mereka buru. Uniknya, uang logam berbahan emas itu adalah mata uang Amerika Serikat keluaran awal tahun 1900-an. Jenis pertama, koin emas seukuran receh Rp 500 yang mereka beri nama ”okon”. Jenis kedua, koin yang mereka sebut ”rupeah” pake ”e” bukan ”i” untuk membedakan dengan rupiah. Koin ini berukuran dua kali lebih lebar dibanding okon. Yang ketiga lebih besar dua kali lipat dari rupeah, yang mereka namai ”ringgit”.
Yakub, pemilik toko emas di Bawean, menuturkan bahwa berat okon 8,3 gram atau setara dengan Rp 1,65 juta. Rupeah 16,6 gram atau senilai Rp 3,3 juta, dan ringgit memiliki berat 33,2 gram atau jika dirupiahkan Rp 6,6 juta. Koin ini biasanya untuk jual-beli tanah dan rumah. Selain itu, mereka memodifikasinya menjadi perhiasan.
Entah mulai kapan orang Bawean keranjingan koin emas. Yang pasti, perempuan Bawean menggunakan perhiasan emas sebagai hal yang biasa saja. Tidak sekadar saat pesta, tetapi juga ke pasar dan untuk kegiatan apa pun asal keluar dari rumah. ”Banyak perempuan Bawean menggunakan koin emas untuk kalung, gelang, bros, dan hiasan kancing baju. Mereka tidak pamer, tapi perempuan ya harus begitu, pakai emas,” kata Yakub.
Tak sedikit rumah di Bawean berkualitas rumah Pondok Indah Jakarta. Di sekeliling pulau tidak akan dijumpai rumah berwajah miskin. Semua telah berdinding tembok. Di atas atap rumah, pasti ada parabola. Ada banyak rumah yang memasang dua parabola agar lebih banyak menangkap siaran televisi dunia. Maklum, tidak ada televisi berlangganan. Antena televisi biasa tak mampu menangkap sekadar siaran televisi nasional.
Bergelimang uang kiriman juga mengakibatkan sebagian anak muda Bawean malas bekerja. Mereka menunggu kiriman uang dari luar negeri sembari nongkrong di kedai. Pencurian dan kejahatan lain hampir tidak terdengar. Yang kerap jadi gunjingan adalah justru perselingkuhan. ”Maklum, Mas, ini pulau putri. Lelakinya pada merantau,” ujar Yakub.
Menurut Yakub, kisah perantauan Bawean tak akan kering selama perekonomian Malaysia dan Singapura masih memikat. Pulau ini, kata dia, seolah tak peduli bahwa ia menjadi bagian dari Indonesia. Selama masih ada cahaya, ringgit dan dolar tetap berkilau di Bawean.
Sunudyantoro, Rohman Taufiq
Balada Para Tekong
Kurir pengantar uang adalah pekerjaan yang tak bisa digusur oleh bank di Bawean. Tugasnya banyak, termasuk memastikan calon TKI mendapatkan pekerjaan di negeri orang.
Logat Malaysia Salikin, 48 tahun, begitu kental. Padahal ia orang Bawean asli. Ia satu dari setidaknya 250 kurir pengantar uang, biasa disebut tekong, di Bawean. Menjual jasa sebagai tekong telah membuat hidup Salikin berpijak di dua negara. Dalam sebulan, 15 hari ia berada di Bawean dan 15 hari di Malaysia.
Munculnya pekerjaan kurir itu lantaran sebelum tahun 2001 di Bawean tidak ada bank. Seluruh uang keringat tenaga kerja Indonesia yang masuk Bawean dari luar negeri mengucur melalui tangan kurir-kurir. Sejak 2001, Bank Jatim berdiri di ibu kota Bawean, Sangkapura. Namun ini tak serta-merta menggantikan fungsi tradisional para kurir mentransfer uang itu. ”Masih banyak TKI yang memilih pengawal untuk mengantar uangnya ke kampung,” kata Salikin.
Kurir, kata Salikin, akan mendapat upah 10 persen dari seluruh uang yang dibawanya masuk. Pekerjaan menjadi tekong ini tetap bertahan—karena mereka bukan sekadar membawakan uang. Mereka sesungguhnya merangkap pengawal. Mereka berkewajiban membiayai seluruh keperluan TKI sejak di Bawean hingga masuk Malaysia atau Singapura. Mereka harus memastikannya mendapat pekerjaan di negeri tetangga itu. Selama TKI belum bekerja, mereka harus membiayai dan menjaga hidupnya di luar negeri dan memberi ongkos hidup sehari-hari anak-istrinya yang ditinggalkan.
Kalaupun si TKI sudah bekerja tapi belum bisa mengirim uang ke Bawean, keperluan hidup keluarga TKI itu ditanggung kurir. Tentu ini semua dikalkulasikan sebagai utang. Satu-dua bulan setelah TKI bekerja dan mendapat upah, si kurir menagih cicilan utang tadi ke Malaysia atau Singapura. Ia pulang seraya membawakan uang TKI untuk keluarga di Bawean. Upah jasa pengawal 10 persen itu adalah hasil kesepakatan umumnya di Bawean. ”Biasanya mereka menelepon terlebih dulu kalau mau kirim uang,” kata Salikin.
Salikin mengungkapkan, ongkos untuk mengirim TKI dari Juanda, Surabaya, ke Kuala Lumpur Rp 5 juta. Jika bertolak dari Batam: Rp 4,5 juta. Rinciannya, Rp 2 juta plus 600 ringgit (sekitar Rp 1,6 juta) untuk uang jaminan selama di Malaysia; sisanya untuk tiket pesawat pulang-pergi dan perjalanan darat selama di Indonesia dan di Malaysia. Ongkos ke Singapura juga sama, tapi uang jaminannya seribu dolar Singapura atau sekitar Rp 6 juta.
Sebagian besar orang yang diantar kurir-kurir ini adalah tenaga kerja ilegal. Untuk masuk Singapura, demi meyakinkan pihak Imigrasi, menurut Salikin, baik kurir maupun TKI harus berpenampilan rapi. Rambut gondrong alamat ditolak. Pengawal lain, Rahim, warga Desa Sungai Teluk, Bawean, mengisahkan, banyak TKI masuk Malaysia dan Singapura menggunakan visa pelancong.
Para kurir memiliki banyak trik untuk menyiasati aparat Imigrasi Malaysia dan Singapura. Biasanya mereka meminta orang Bawean yang sudah memiliki kewarganegaraan Singapura atau Malaysia untuk menjemput. Rahim menggambarkan pekerjaan para kurir merangkap pengawal ini berlangsung rapi. Mereka telah menyiapkan siapa yang akan menjemput. Tukang ojek atau taksi pun tidak sembarangan.
Untuk upah jasa memasukkan TKI yang baru pertama kali ke Singapura atau Malaysia, ada kesepakatan umum: kurir mendapat Rp 1 juta. Untuk TKI yang berpengalaman, tarifnya seikhlasnya. Kisarannya paling tinggi Rp 1 juta juga. Untuk membawa kiriman berbentuk barang melalui Bandar Udara Juanda, Surabaya, kurir memungut biaya 20 ringgit Malaysia per kilogram. Jika melalui Batam, dikenai 10 ringgit per kilogram. Dalam sebulan, seorang kurir bisa membawa uang TKI masuk ke Bawean setidaknya Rp 20 juta. Jika sedang ramai, bisa hingga seratus juta, bahkan lebih.
Rata-rata kurir di Bawean pernah menjadi tenaga kerja di Malaysia. Salikin, misalnya, dari 1980 hingga 2001 bekerja di Malaysia. Selama masa itu, ia telah berulang kali pulang-balik ke Bawean. Karena itu, seluk-beluk Malaysia dan orang-orangnya cukup ia kenal. Kurir seperti Salikin umumnya ber-KTP ganda: Indonesia dan Malaysia.
Pada kartu identitas tanda penduduk Malaysia, alamatnya di Kampong Paya Jaros Dalam, 47000 Sungai Buloh, Selangor. Ia juga menambah nama belakangnya dengan nama bapaknya, Sadli, agar namanya mirip cara penamaan di Malaysia. Tak hanya itu, ia pun memegang lisensi mengemudi di Malaysia. Rezeki menjadi kurir ini membuat Salikin hidup berkecukupan di Bawean bersama istri dan lima anaknya. Sebuah gerai telepon seluler dia miliki. Dan sang istri mengelola kios bahan kebutuhan pokok di pasar Sangkapura.
Sunudyantoro, Rohman Taufiq
Rezeki dari Pulau Christmas
Di Bawean ada sebuah kampung yang kebanyakan warganya merantau ke Pulau Christmas, Australia. Seratus warganya telah menjadi warga negara Australia.
Lokasi pulau milik Australia itu lebih dekat ke Jawa. Ya, Pulau Christmas adalah sebuah titik di Lautan Hindia. Dari selatan Jawa Barat pulau ini berjarak 360 kilometer. Waktu tempuhnya dari Jakarta kurang dari satu jam penerbangan. Sedangkan dari Perth, ibu kota Australia Barat, Pulau Christmas justru berjarak 2.650 kilometer.
Pulau Christmas, ke sanalah sebagian dari warga Bawean mengadu nasib. Ada sebuah desa di Bawean yang kebanyakan warganya merantau ke pulau itu. Desa itu bernama Lebak. Letaknya di Kecamatan Sangkapura, Bawean.
Datang ke sana, Anda akan tercengang melihat di tengah desa berdiri sebuah masjid megah. Masjid itu bernama Masjid Jamik Al-Ikhram. Kubahnya kuning. Sebagian bangunan masjid berlapis marmer. Bangunannya mendapat sentuhan arsitektur Eropa. Masjid itulah lambang keberhasilan warga Desa Lebak di Australia.
Kepala Desa Lebak, Dufah, mengatakan bahwa 100 warga Lebak kini bukan sekadar TKI yang bekerja di Pulau Christmas. Mereka telah menjadi warga negara Australia. Sebagian dari mereka beranak pinak dan menetap di sana. Mereka membentuk komunitas Bawean di Pulau Christmas. ”Mereka yang mengirim uang ke kampung halaman,” katanya.
Sejumlah tetua desa yang dijumpai Tempo menuturkan, hubungan desa itu dengan Pulau Christmas bermula dari tahun 1960-an. Pada 1960 ada seorang pemuda desa bernama Miftah (kini telah meninggal) merantau ke Pulau Christmas. Di sana pemuda Miftah bekerja di pertambangan emas. Jutah, 55 tahun, anak tertua Miftah yang masih tinggal di Bawean, berkisah bahwa beberapa tahun kemudian bapaknya pulang sementara ke Bawean. Lalu Miftah menikahi perempuan bernama Nasifah, ibunda Jutah. Miftah memboyong istrinya merantau ke sana. Tak lupa, Miftah mengiming-imingi tiga temannya, Dofir, Majid, dan Marzuki, sehingga kepincut bekerja di Australia. ”Inilah awal mula kejayaan orang Lebak Bawean di Australia,” kata Jutah.
Miftah, seperti orang Bawean kebanyakan, adalah pemeluk Islam taat. Kolega dia di pertambangan emas Pulau Christmas juga mempekerjakan orang Malaysia dan Brunei yang beragama Islam. Namun, karena Miftah dipandang paling menguasai Islam dibanding yang lain, ia pun diangkat menjadi imam salat di masjid kawasan pertambangan. Ia dan tiga temannya tadi dipercaya menjadi takmir (pengurus masjid) salah satu masjid di Pulau Christmas.
Komunitas muslim di Christmas selanjutnya mempercayai Miftah untuk mencari muazin (penyeru azan) dan takmir (pengurus) untuk masjid lainnya. Pilihan Miftah pun tak jauh-jauh; ia mendapatkannya di antara sanak kerabat dan tetangganya di Lebak Bawean. Maka beramai-ramailah pemuda Lebak kala itu bermigrasi ke Pulau Christmas. Sebagian dari mereka menjadi juru dakwah. Seorang warga Bawean bernama Ghufron, kata Jutah, bahkan menjadi penghulu terkenal di Christmas. ”Hampir semua muslim Christmas Island mengenal dia,” katanya.
Dulu, pada 1960-an hingga awal 1990-an, para perantau Bawean di Australia mudik jika Lebaran tiba. Kini sebagain besar mereka telah menetap di Pulau Christmas. Dan tradisi mudik pun sedikit luntur. Jutah pun bermohon maaf dengan sanak keluarga di Pulau Christmas lewat telepon tahun ini. Kisah pemuda Lebak pulang mudik membawa dolar Australia pun tak seheboh dulu.
Sunudyantoro, Rohman Taufiq
Diaspora Orang-orang Boyan
Orang Bawean masuk Singapura sejak awal abad ke-19. Kini ada program siaran berbahasa Bawean pada radio pemerintah, ada penerjemah bahasa Bawean di pengadilan.
Mereka menyebutnya Boyan. Apa boleh buat, kata Ba-we-an terlalu sulit dilafalkan oleh lidah orang Eropa dan Cina di Singapura dan Malaysia.
Di Malaysia, komunitas Bawean tinggal di Lembah Klang, di antara Kuala Lumpur dan Selangor—dari kawasan Ampang, Gombak, Balakong, sampai Shah Alam. Mereka membeli rumah dengan cara patungan, seraya mendirikan rumah-rumah mirip rumah teras (terrace) berkelompok-kelompok.
Di Pulau Penang, ada dua keluarga besar Bawean tinggal di daerah Gelugor. Orang Bawean di Malaysia umumnya bekerja sebagai tukang dan kuli bangunan. Ada juga yang membuka toko kebutuhan sehari-hari, di samping menjadi subkontraktor proyek bangunan gedung. Mereka dikenal sebagai orang yang rajin dan gigih bekerja. Tak sedikit pula yang menjadi sopir dan tukang kebun.
Dua tokoh Persatuan Bawean Selangor, Ahmad Hassan dan Mas’od Zubir, memiliki andil bagi berdirinya partai United Malays National Organization (UMNO) pada 11 Mei 1946. Persatuan Bawean Selangor adalah satu dari 29 organisasi pendiri UMNO, partai berbasis dukungan etnis Melayu, pilar paling besar bagi kemenangan Barisan Nasional di Malaysia.
Bawean secara resmi diakui sebagai suku tersendiri di Singapura. Ini berbeda dengan Malaysia, yang memasukkan Bawean ke dalam etnis Melayu. Ada program siaran berbahasa Bawean pada radio pemerintah. Negara kota ini juga mengangkat penerjemah bahasa Bawean di pengadilan. Kebanyakan orang Bawean Singapura tinggal di daerah sekitar Masjid Sultan. Mereka membentuk ikatan kekeluargaan dalam Persatuan Bawean Singapura. Tujuannya melestarikan bahasa dan budaya Bawean di Singapura.
Tidak ada bukti dan dokumen sejarah kapan orang Bawean masuk Malaysia dan Singapura. Sejumlah pendapat menyebutkan orang Bawean bernama Tok Ayar tiba di kawasan Melaka pada 1819—pendapat lain beranggapan tahun 1824. Yang pasti, sebelum 1900, sudah banyak orang Bawean tinggal di Malaka. Generasi awal Bawean ini bertempat tinggal di kawasan bandar dan sekitarnya. Misalnya Kampung Mata Kuching, Klebang Besar, Limbongan, Tengkera, dan sekitar Rumah Sakit Besar Melaka.
Menurut Jacob Vredenbregt, antropolog Universitas Leiden, Belanda, dalam buku Bawean dan Islam (INIS: 1990), migrasi orang Bawean dimulai pada abad ke-19 menggunakan perahu layar. Pada 1876, di Bawean singgah kapal laut milik kongsi orang Cina yang dikelola bangsawan asal Palembang, Kemas Haji Djamaludin bin Kemas Haji Said. Kemas adalah pedagang kain dan bahan pokok. Kapal itu memicu kegiatan merantau orang Bawean. Kemas, kata Vredenbregt, agen perusahaan pelayaran yang melayari jalur Surabaya-Bawean-Banjarmasin-Singapura.
Kemas memperkuat armada kapalnya dan memberikan pinjaman modal atau uang kepada orang Bawean yang akan merantau. Orang rantau ini lalu melunasi pinjamannya setelah tiba di tempat tujuan dan telah mendapatkan pekerjaan. Perang Dunia II pada 1940-an memang mematikan pelayaran kapal yang singgah di Bawean. Meski begitu, jiwa rantau mereka tidak padam. Mereka menggunakan kapal layar berukuran kecil milik orang Madura dan Bugis. Seusai zaman perang, fungsi agen Kemas digantikan oleh nakhoda perahu layar. Perantau Bawean ikut menumpang kapal layar, tapi tidak serta-merta membayar ongkosnya saat itu. ”Mereka mencicil jika telah bekerja di tempat tujuan,” tulis Vredenbregt.
Kita tahu Bawean adalah gabungan tiga kata bahasa Sanskerta: ba (sinar), we (matahari), dan an (ada). Legenda menyebutkan, sekitar 1350 Masehi, sekelompok pelaut Majapahit berlayar di Laut Jawa. Sial, badai mengurung berhari-hari dalam kegelapan. Mereka lalu terdampar di sebuah pulau bersamaan dengan terbitnya fajar pagi. Serempak mereka berujar ”ba we an”—masih ada cahaya matahari.

Cerita Tentang Pulau Bawean



Hari ini saya akan sambung berkenaan Pulau Bawean, Indonesia dengan serba sedikit pengalaman yang saya ada ketika berkunjung kesana. Keindahan di Pulau Bawean boleh dikatakan setanding Pulau Bali jika ia dibangunkan dengan penuh tanggungjawab dan teratur. Kesemua penduduk pulau ini adalah beragama Islam dan masih berpegang kuat dengan ajaran suci ini, jadi jika anda seorang muslim tidak susah la untuk mencari makanan yang halal disana.



Di pulau tersebut juga terdapat pantai yang indah dan air lautnya yang jernih serta kebanyakan pantai-pantai disini masih belum terusik dengan pembangunan. Di pulau ini juga terdapat tasik yang masih dijaga dan tidak tercemar. Pengangkutan utama penduduk pulau tersebut pula adalah motosikal(baru advanture..haha) dan boleh dikatakan setiap rumah penduduk di pulau itu mempunyai sekurang-kurangnya 1 motosikal bahkan sehingga 2-3 buah.



Satu-satunya pengangkutan yang menghubungkan Pulau Bawean dengan dunia luar adalah pengangkutan air iaitu kapal(memang advanture beb...) dan terdapat 2 pilihan samada kapal cepat(lebih kurang 3 jam perjalanan dari Gresik,Surabaya) atau kapal lambat(lebih kurang 8 jam tempoh perjalanan dari Gresik,Surabaya).


Saya mencadangkan anda merasa sendiri pengalaman yang memang tiada jika anda ke tempat percutian yang lain dan salah satu perkara lagi yang anda perlu tahu, disana aliran elektrik belum sepenuhnya ke setiap pelusuk pulau begitu juga halnya dengan signal handphone...jadi ia menjadi semakin mencabar, di sini pun boleh jadi tempat memancing yang best tau,tak tipu punye...hehehe...lupakan tentang teknologi,pergilah nikmati alam semula jadi yang tiada tandingannya....


Serba Sedikit Tentang Pulau Bawean


Pulau Bawean atau julukannya sebagai Pulau Puteri, adalah sebuah pulau di Indonesia yang terletak sekitar 150 km sebelah utara bandar Surabaya di Laut Jawa, dan pulau ini diuruskan oleh Kabupaten Gresik Propinsi Jawa Timur. Pulau ini berdiameter dengan keluasan 15km dan ia boleh dikelilingi dengan satu jalan yang sempit. Bawean didominasi oleh gunung berapi yang telah pupus pada pusatnya yang meningkat lebih dari 650 m di atas permukaan laut.

Penduduk pulau ini adalah sekitar 100000 orang atau dengan lebih tepat sekitar 65000 orang yang mempunyai identiti pengenalan diri yang dipanggil KTP. Ia terbahagi kepada dua daerah iaitu ibu kota Sangkapura dan Tambak.



Nama pulau ini berasal dari bahasa Sanskrit yang bermaksud "ada sinar matahari". Di Indonesia, ia secara amnya dikenali sebagai Pulau Bawean. Di Singapura dan Malaysia, di mana banyak penduduk asal pulau tersebut berhijrah, pulau ini dikenali sebagai Boyan dan pribumi sebagai Boyanese. Bawean juga disebut "Pulau Puteri" kerana sejumlah besar warga lelaki pulau tersebut merantau mencari rezeki di luar negara dan meninggalkan pulau tersebut.

Pulau ini terdapat tarikannya yang tersendiri dimana ia menyimpan banyak khazanah alam yang sangat berharga dan misteri alam semula jadi yang sukar untuk dirungkai.
Contohnya seperti Danau Kastoba, Rusa Bawean(tiada ditempat lain), Buah Merah dan banyak lagi dan semua ini......akan saya sambung dengan posting yang akan datang...
hehehe :)

Dituduh Mencuri Setrum PLN Machmud Tidak Terima


UPJ PLN Bawean kemarin (sabtu, 6/5/2011) mengadakan operasi terhadap pelanggan yang melakukan pelanggaran, seperti merusak MCB, salah satu pelanggan yang terkena operasi adalah Machmud asal Sawah Laut, desa Sawahmulya, Sangkapura, Pulau Bawean.

Setelah ditemukan pelanggaran, pihak UPJ PLN Bawean meminta Machmud untuk membayar sebesar Rp. 250.109, setelah pembayaran listrik akan disambung kembali.

Tetapi setelah dibayar, menurut Machmud, "UPJ PLN Bawean tidak menyambung kembali, dengan alasan harus mengganti meteran dengan pra bayar,"katanya.

"Saya sendiri lebih suka dengan meteran yang ada sekarang, dan tidak ingin menggunakan meter pra bayar,"papar Machmud.

Srukin sebagai Kepala UPJ PLN Bawean dihubungi Media Bawean menyatakan dengan tegas bahwa yang di foto copy (Machmud : Red.) melangsungkan setrum, mencuri setrum, menambah daya.

"Posisi saya hanya melaksanakan perintah atasan, di PLN, kalau hati nurani saya kasihan,"paparnya.

"Pasang baru, termasuk melakukan pelanggaran akan di prabayarkan, tolong ditulis besar-besar di media,"jelas Srukin.

Machmud ditemui Media Bawean, menolak keras tuduhan kepala UPJ PLN Bawean bahwa dirinya telah melangsungkan setrum, mencuri setrum, menambah daya.

Menurutnya, "Saya ini tidak mengerti persoalan setrum, dahulu pernah mengajukan untuk penambahan daya ke PLN. Ternyata PLN tidak mengabulkan permohonannya, justru oknum PLN Bawean melakukan perubahan pada meter yang ada dengan menerima upah yang tidak bisa saya sebutkan nominalnya,"terang Machmud.

"Ini namanya pencemaran nama baik, bila saya dikatakan mencuri setrum PLN, saya tidak terima dan siap melaporkan ke pihak berwajib bahwa saya sebagai korban,"tuturnya dengan nada keras. (bst)

May 6, 2011

Material:

• 300 g cold cooked rice
• 2 pieces of banana leaves

Method:
Banana leaf piled into one, flatten the rice on top and fold the two long sides to the middle, then roll tightly.

Lalapan
Fresh vegetables can be served half-cooked or raw.
If presented well, fresh vegetables consisted of a small squash, kale / spinach, green beans / green beans, which have been boiled.
Consist of raw fresh vegetables eggplant, cabbage, long beans, basil, lettuce, cucumbers or tomatoes.

Making Sambal Belachan
Material:
• 5 curly red chilies
• 2 pieces chili
• 1 teaspoon shrimp paste which has been in the fuel / fried
• 1 teaspoon brown sugar
• 1 small tomato
• 1 lime
• Salt to taste.

Method:
Puree the red pepper, chili, shrimp paste, sugar, tomatoes and salt. Do not be too soft, then add lime juice.

How to make Pepes Yellow Gold Fish
Material:
• 4 tail goldfish
• Salt to taste
• Extract lemon
• 6 spring onions
• 3 cloves garlic
• 3 eggs hazelnut
• sliver of turmeric
• 1 tomato
• basil leaf
• 2 leeks
• Chilli pepper red
• banana leaves for wrapping

Method:
1. Clean fish, remove scales and gills, and leave intact. Marinate the fish with salt and lime juice. Let stand for 15 minutes.
2. Puree onion, garlic, walnut and saffron, mix dengaan tomato pieces, basil, green onion and chili.
3. Take a banana leaf to taste, place the fish and coat with a mixture of spices, then wrapped and steamed until cooked.

How to make fried chicken
Material:
A tail Kampung Chicken or chicken country
500 cc coconut milk from half a coconut.
2 Salam leaves
One vertebra Lengkuas
1 stalk lemongrass dimemarkan
Salt to taste.
4 cloves Garlic
6 cloves Shallots
5 cloves Tamarind 5 pcs
1 tablespoon Coriander
1 tablespoon Brown Sugar

How to cook:
- Cut the chicken into pieces.
- Blend Seasoning, Garlic, Red Onion, Tamarind, Coriander, Brown Sugar, and salt.
- Sauteed chicken spices enter stir coconut milk and add bay leaves, galangal, lemongrass, salt.
- Cook until chicken is tender and dry coconut milk thickens. Remove, let cool.
- Then the fried chicken with a lot of oil until brown, also the rest of the ingredients
- Serve chicken seasoning over the cooked chicken.

Make Fried Tofu and Tempeh
Material:
2 boxes of fruit Know
Tempe is already on thin slices

Marinade:
Salt to taste
1 / 2 teaspoon
2 cloves garlic
1 teaspoon coriander
1 cm turmeric
white water to taste
To taste Oil for frying

Method:
Blend all ingredients, after giving the water a little smoother, input tempeh and tofu, and fry until crispy.

Make Vegetable Acid
Material:
250 gr ribs, boiled until tender, take approximately 1 liter of broth.
100 gr melinjo old fruit
200 g young jackfruit pieces 2.x2 cm
100 grams of raw papaya into pieces 2 × 2 cm
First fruits of corn-cut 2 × 2 cm transverse
50 g peanuts
2 chayote fruit pieces 2 × 2 cm
10 pieces long beans, cut into 4 cm
50 gr leaves melinjo cub
3 pieces of green chillies split second
1 bay leaf valley
piece of galangal, crushed
Three sour fruit raw, peeled and crushed

Marinade:
2 pieces of red chili pepper
3 candle nut roaster / bake
1 teaspoon shrimp paste
5 pieces of red onion
1 clove garlic
2 teaspoons salt
1 tablespoon brown sugar
1 teaspoon sour if necessary

Method:
Blend the seasonings: onion, garlic, red pepper, shrimp paste, and walnut, stir and lift,
Boil fruit and peanut melinjo each vegetable separately so that the color is not cloudy tamarind – drain.
Boil broth input melinjo fruit, young jackfruit, corn, papaya, and peanuts until cooked.
Enter who had been sauteed seasoning, salt, brown sugar, tamarind, galangal and salam.
Enter chayote, after a bit soft, put beans, green chilies.
Lastly, enter melinjo leaves, tamarind, salt and sugar. Add sour when less fresh water. Cook until completely cooked, but not too soft.
Remove and serve in bowls in warm.

Rice lead the presentation, Provide a big plate of good rice, side dishes, fried chicken, fish Pepes, chilli and fresh vegetables in one dish. and a bowl of vegetable acid

May 3, 2011

Assalamualaikum,,,

Kepada Semua Warga Pajinggahan..

En. Alwi dan Pn. Sumarmi
Akan mengadakan Kumpulan (Mesyuarat Agung Warga Pajinggahan)

Tarikh: 08/05/2011
Bertempat di : Rumah En. Fauzi (Klang Meru)
Masa : 8.00 malam

Semua Warga Pajinggahan dijemput hadir

Sekian...

May 2, 2011

TANDA KEKUASAAN ALLAH S.W.T.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
Wahai sekalian manusia! Bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam), dan yang menjadikan daripada (Adam) itupasangannya (isterinya - Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya - zuriat keturunan - lelaki dan perempuan yang ramai. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-yebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturrahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu.
Surah An-Nisaa', Ayat 1

سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan makhluk-makhluk semuanya berpasangan; sama ada dari yang ditumbuhkan oleh bumi, atau dari diri mereka, ataupun dari apa yang mereka tidak mengetahuinya.
Surah Yaa Siin, Ayat 36






May 1, 2011

Aktiviti warga Pajinggahan

Ybhg. Ust Tuan Hj. Mohd Rasul sedang merasmikan upacara cukur jambul.
Sebahagian jamaah Warga Pajinggahan..
Ybhg. Hj Mat Hasan sedang melaksanakan upacara cukur jambul.

aktiviti warga pajinggahan kerap berlaku di Malaysia

sepertinya pertunangan, perkahwinan kenduri cukur jambul dan aqiqah
biasanya warga pajinggahan akan mengumpulkan sanak saudara ketika akan mengadakan majlis keramaian, terutamanya kalau majlis perkahwinan sebelum majlis pertunangan dimulai terlebih dahulu tuan rumah akan memanggil saudara mara untuk sama-sama membincangkan masaalah atau apajua kemuskilan yang ditanggung tuan rumah.

contohnya sebelum majlis pernikahan diadakan sanak saudara akan berhimpun dirumah tuan rumah untuk menunggu arahan tuan rumah yang akan disampaikan oleh Penerusi majlis.
selepas kumpulan majlis perkahwinan warga pajinggahan akan berkumpul semula untuk melaksanakan majlis aqiqah jadi beginilah seterusnya dan tidak putus-putus mengadakan majlis.