Oct 14, 2012

Ilham Syifa (Kades Tanjungori) Berharap Operasi Lapter Dipercepat


Sukses Desa Tanjungori menjadi desa terbaik Kabupaten Gresik tahun 2012 tak lepas dari kiprah sang kepala desa, Ilham Syifa. Meski baru pada tahun 2008 menjadi Kades, alumni Magister UGM dan isterinya, Faizah Komala, alumni Fakultas Kedokteran Yarsi, Jakarta ini, mampu mengubah Desa Tanjungori, yang berada jauh di kepulauan menjadi desa terbaik, dengan menyisihkan ratusan desa di wilayah Kabupaten Gresik.

Kendati tak meraih juara di tingkat Jawa Timur, namun Desa Tanjungori sudah membuktikan bahwa prestasi tak harus dari fasilitas yang berlebih. “Dengan fasilitas yang minimalis namun memiliki kemauan dan mau bekerja kersa dengan penuh semangat, bakal dapat meraih sukses,” kata Kepala Kantor Pemberdayaan Masyarakat Gresik, Indah Sofiana melalui kabag Humas, Jum’at (21/9/12).

Menurut Indah, perkembangan desa Tanjungori sangat pesat pada 3 tahun terakhir. Dalam hal pendidikan misalnya, saat ini banyak tumbuh semacam lembaga bimbingan belajar, semacam kursus bahasa Inggris, informatika, mata pelajaran dan juga kursus ketrampilan. Selain itu, juga berkembang tanaman obat keluarga (toga) yang memanfaatkan pekarangan.

“Toga ini penting, karena desa yang dipisahkan oleh bentangan laut sejauh 80 mil serta memakan perjalanan selama 1 jam dari pelabuhan di Sangkapura ini, keberadaan tanaman obat sangat dibutuhkan. Meski demikian, peran isteri kades yang juga seorang dokter sangat membantu masyarakat dibidang pelayanan kesehatan,” ungkap Indah.

Atas prestasinya meraih desa terbaik tingkat Kabupaten Gresik, Kades Tanjungori, Ilham Syifa mengaku bangga. Namun, dia masih berharap banyak dengan beroperasinya Lapangan Terbang (lapter) Bawean yang diperkirakan bakal semakin memajukan masyarakat desanya.

Saat ini sudah mulai tampak kunjungan masyarakat luar Bawean ke Desa Tanjungori. Desa yang berpanorama indah ini dikelilingi pantai. Kunjungan masyarakat luar Bawean ke Tanjungori tentu saja menambah pendapatan masyarakat yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan.

Badrus Saleh (46), nelayan setempat yang biasanya selalu mengeringkan hasil tangkapannya dan terkadang hanya menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga murah. Namun, semenjak ada kunjungan orang luar Bawean, ia mampu mendapat penghasilan Rp. 100 ribu. “Biasanya baling banyak hanya Rp. 40 ribu,” akunya seperti dituturkan oleh Ilham Syifa .

Keberuntungan tak hanya diraih Badrus Saleh, Siti Mahnuchah juga menyatakan hal yang sama. Isteri nelayan yang biasanya hanya menunggu kedatangan suami yang sedang melaut, kini seakan punya pekerjaan.

Dia mengaku bisa menjual minuman ringan dan cendera mata tikar pandan kepada pengunjung pantai. “Kalau Lapter jadi, pasti akan banyak lagi yang datang,” harapnya. 

No comments:

Post a Comment