Mar 30, 2012

Siswi SMA Dipaksa Keluarga Lakukan Aborsi


JUMAAT, 30 MAC 2012

WAINGAPU - Bunga, siswi kelas III salah satu SMA di Waingapu, Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), terpaksa meminta bantuan kenalannya untuk membawanya dirawat di RSUD Umbu Rara Meha-Waingapu. Permintaan ini dilakukan karena tidak tahan dengan penyiksaan dan sikap keluarganya yang terus memaksanya melakukan aborsi.

Kepada Pos Kupang yang menemuinya di RSUD Umbu Rara Meha-Waingapu, Selasa (27/3/2012), Bunga mengatakan, sudah sebulan ini ia dipaksa keluarganya melakukan aborsi terhadap kandungannya, baik dengan mengurut sendiri maupun melalui dukun. Namun upaya yang dilakukan selalu gagal.

Pihak keluarga, kata Bunga, memaksanya melakukan aborsi karena ia hamil di luar nikah. Hubungan Bunga dengan calon sang kekasih juga tidak direstui keluarga dengan alasan perbedaan agama.

Selama ini, jelas Bunga, ia tinggal bersama salah seorang kakak kandungnya di Kota Waingapu. Selama ini, kasus tersebut dirahasiakan dari orangtuanya. Kakaknya tidak ingin aib itu diketahui oleh kedua orangtuanya. "Mereka paksa saya untuk ke itu dukun supaya kasih gugur tapi saya tidak iklas. Saya tidak mau, tapi takut karena mereka marah saya terus," katanya.

Karena terus dipaksakan pihak keluarga, upaya aborsi pun mulai dilakukan bulan Februari lalu. Saat itu, usia kandungannya sudah mencapai enam bulan. Untuk menggugurkan kandungannya, anggota keluarganya mengantarnya kepada sang dukun di Kelurahan Mauliru, Kecamatan Kambera. Di dukun itu dia dipaksa melakukan aborsi. Proses aborsi dilakukan dengan mengurut dari bagian atas perutnya hingga ke bawah.

Bunga mengakui selama proses aborsi itu berjalan sebulan ini, ia mengalami penyiksaan, baik fisik dan psikis. Ia tidak diberi makan yang cukup. Alasannya, disarankan oleh dukun agar memperlancar proses aborsi.

Selain itu, Bunga juga sering dimarahi karena sudah hampir satu bulan proses aborsi dengan cara mengurut perutnya itu belum juga berhasil. "Kakak perempuan yang antar saya ke dukun. Selama ini dia juga marah-marah karena tidak ada perubahan. Ada ramuan dari dukun, tapi saya tidak minum. Saya buang itu ramuan," katanya.

"Mereka siksa saya agar tidak bolah makan biar lapar karena itu dukun sarankan supaya jangan makan banyak. Waktu urut itu biasanya dari atas ke bawah supaya keluar, saya tidak tahan karena sakit sekali," katanya.

No comments:

Post a Comment