Feb 1, 2012

“Pindahkan” Gapura dan Stadion Lengis ke Bawean

1 Januari 2012


CUKUP mengejutkan, Bupati Gresik Sambari Halim Radianto berusaha mengukir sejarah kepemimpinannya dalam bangunan-bangunan monumental yang akan didirikan di “daratan” Gresik, seperti gerbang masuk kota dan Stadion Lengis.

Anggaran yang disiapkan pun fantastis, Rp 7 miliar per gapura, padahal Bupati bakal membangun tiga gapura. Satu di pintu masuk kota Gresik dari Romokalisari (perbatasan Surabaya), kemudian di pintu keluar tol Bunder dan Manyar. Mengejutkan lagi dana pembangunan Stadion Lengis. Rencananya bakal menghabiskan duit sekitar Rp 230 miliar lebih.

Padahal, di “daratan” Gresik lain kini kondisinya sungguh mengenaskan. Akibat cuaca buruk, transportasi ke Bawean beberapa minggu terakhir membuat pasokan bahan bakar minyak (BBM) habis. 

Para guru harus jalan kaki karena bensin sudah tidak lagi ada di pasaran. Anak-anak Bawean harus rela belajar dan ngaji hanya dengan menggunakan lampu templek lantaran Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Bawean sudah tak bisa lagi beroperasi. Dan ibu-ibu rumah tangga pun harus memunguti kayu batang per batang, ranting per ranting di hutan untuk memasak karena gas ataupun minyak tanah sulit didapatkan. Ironis memang!

Bayangkan jika stadion dan gapura-gapura megah tersebut “dipindahkan” ke Bawean. Artinya, dana ratusan miliar tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Bawean, mulai dari transportasi hingga penerangan.

Terkait stadion, Bupati mestinya harus belajar dari Surabaya Sport Center (SSC) yang jaraknya kurang dari 5 kilometer dengan rencana pembangunan Stadion Lengis. SSC atau yang juga kenal dengan nama Gelora Bung Tomo ini menghabiskan Rp 400 miliar. 

Tapi faktanya, sampai beberapa tahun setelah pembangunan, stadion itu justru mangkrak, sejumlah tembok juga sudah mulai retak. Bukannya mendapatkan tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pastinya, Pemkot Surabaya selaku pemilik SSC harus mengalokasikan di APBD tiap tahun Rp 1 miliar untuk perawatannya.

Dalihnya, akses menuju SSC sulit. Bayangkan dengan Stadion Lengis yang akan dibangun sekitar 15 menit waktu tempuh dari SSC. Belum lagi persaingannya dengan SSC nanti.

Kemudian gapura, dana yang disediakan untuk satu gapura sebanding dengan alokasi anggaran untuk pengobatan gratis keluarga miskin (gakin) atau Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) di Kabupaten Gresik. Hasil pembangunan gapura, Bupati hanya akan mendapatkan decakan kagum bagi orang yang melintas di sana, tapi tidak mensejahterakan warganya.

Memang Bupati Gresik “haram” hukumnya pesimistis dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, namun Bupati harus mengedepankan sekala prioritas dalam programnya. Tidak sekedar mengukir sejarahnya di bangunan-bangunan mahal tersebut.

Dan jika kembali ke Bawean, tahun ini hanya mendapatkan Rp 12 miliar untuk perbaikan dan pemeliharaan Jalan Lingkar Bawean (JLB). Akan lebih bermanfaat jika Bupati mengalihkan anggaran ratusan miliar rupiah pembangunan gapura dan stadion tersebut untuk pengadaan kapal besar yang mampu melayani Gresik-Bawean meskipun pada saat cuaca buruk. Sebagai perbandingan, harga Vassel Motor (VM) Tungkal Samudera, kapal pengeberangan Gresik Bawean yang sekarang mangkrak hanya sekitar Rp 12 miliar. 

Atau bisa juga untuk pembangunan pembangkit listrik di Bawean, baik tenaga matahari atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Apabila Bupati mampu membangun Pulau Bawean, bukan hal mustahil namanya akan dikenang sepanjang masa, jika memang tujuan akhir dia hanya untuk imaging atau pencitraan saja, sebab Bawean memiliki potensi wisata yang tidak kalah dengan Bali. Sebab wisata merupakan sektor paling potensial untuk menggali PAD. Jika infrastruktur memadai, pengembangan potensi wisata pun tinggal membuntuti saja.*

No comments:

Post a Comment