May 19, 2012

Shalat Gaib dan Tahlilan untuk Pramugari Cantik Henny


JUMAAT, 18 MEI 2012


Pramugari bernama Vanny alias Henny Stevani menjadi korban jatuhnya Sukhoi Superjet 100.





LAMPUNG - Bagi keluarga Muhammad Sujai, menganggap Henny Stevani sudah meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, bukan hal mudah. Keputusan berat itu diambil seiring pudarnya asa melihat pramugari asal Lampung itu selamat, setelah mengikuti hari demi hari perkembangan evakuasi para korban jatuhnya pesawat nahas itu.

"Sejak Selasa (15/5/2012) lalu, kami semua sepakat, Henny meninggal. Karena selama ini tidak ada tanda-tanda ada korban selamat. Untuk hari ini, kami memperingati hari ketiga meninggalnya anak kami Kamis lalu," tutur Nurlela, ibu Henny, di kediamannya di Jalan SMPN 2 Talang Padang, Dusun Podomoro, Pekon Negeri Agung, Kecamatan Talang Padang, Tanggamus, Lampung.

Pada hari pertama peristiwa jatuhnya Sukhoi itu, Rabu (9/5/2012) pekan lalu, Nurlela sempat syok. Semula, ia hendak ikut ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, bersama semua anaknya untuk mengecek perihal kecelakaan tersebut. Namun, baru tiba di Bandar Lampung dalam keberangkatan dari Talang Padang, Nurlela merasa lemas.

"Saya sudah tidak kuat lagi, terus minta pulang ke rumah saja. Jadi, cuma ayah dan kakak-kakaknya Henny yang ke Jakarta," ujar perempuan 70 tahun ini.

Selama berhari-hari, pihak keluarga terus bersikap optimistis. Mereka berkeyakinan Henny selamat dalam joy flight tersebut. Namun, optimisme akhirnya memudar, seiring munculnya pemberitaan media yang mengabarkan penemuan dompet warna cokelat milik Henny, lengkap beserta isinya. Sejak saat itulah, keputusan menganggap Henny meninggal menguat.

Setelah memutuskan dan menganggap Henny telah tiada, pihak keluarga menggelar salat gaib untuk mendoakan perempuan berparas oriental itu. Selanjutnya, setiap malam seusai salat Magrib, keluarga juga menggelar tahlilan.

Meski sedih, Nurlela dan anggota keluarga lainnya berupaya tegar. Raut muka memang mengguratkan duka, tetapi mereka tak menunjukkannya secara berlebihan. "Kami ikhlas menerima semua ini, karena memang kehendak Allah. Mudah-mudahan saja semua ada hikmahnya," kata Nurlela.

No comments:

Post a Comment